Halaman

Rabu, 29 Januari 2014

Relasi Keterbagian

Semesta pembicaraan dalam Teori Bilangan adalah himpunan semua bilangan bulat. Bilangan-bilangan bulat dinyatakan dengan huruf-huruf latin kecil a, b, c, . . , m, n, dan sebagainya yang dapat bernilai positif, negatif atau nol. Namun banyak pembahasan dalam Teori Bilangan yang semesta pembicaraannya terbatas pada himpunan semua bilangan asli.
Definisi 2.1 :
Bilangan bulat a membagi (habis) bilangan bulat b ditulis a | b, jika dan hanya jika ada bilangan bulat k sedemikian hungga b = ka. Jika a tidak membagi (habis) b, maka ditulis a | b.
Contoh:
5 | 30, Karena ada bilangan bulat, yaitu 6, sedemikian hingga 5.6 = 30
7 | -21, sebab ada bilangan bulat, yaitu -3, sedemikian hingga 7.(-3) = -21
-6 | 24, sebab ada bilangan bulat, yaitu -4, sedemikian hingga (-6).(-4) = 24
8 | 27, sebab tidak ada bilangan bulat k, sedemikian hingga 8k = 27
Bilangan bulat k pada definisi 2.1 tersebut adalah tunggal, sebab apabila ada bilangan bulat m selain k sedemikian hingga
                        b = ma             dan                  b = ka,
maka                                 ma = ka,
sehingga                           m = k.
Jika a = 0 dan b ≠ 0, maka tidak ada bilangan k sehingga b = ka.
Tetapi jika a = 0 dan b = 0, maka k tidak tunggal agar berlaku b = ka.
Istilah: Untuk seterusnya istilah “membagi habis” dan “terbagi habis” berturut-turut disingkat menjadi “membagi” dan “terbagi”. “a membagi b” dan “b terbagi a” keduanya ditulis “a |  b”. istilah-istilah lain yang mempunyai arti sama dengan a | b adalah “a ialah faktor dari b”, “a ialah pembagi dari b” atau “b ialah kelipatan dari a”.
Apabila a | b dan k adalah bilangan-bilangan bulat dengan a ≠ 0 dan b = ka, maka k disebut hasil bagi (quotient) dari b oleh a. disebut pula bahwa k adalah faktor dari b yang menjadi komplemen (sekawan) dari a, atau dengan singkat dikatakan bahwa a dan k adalah pembagi-pembagi sekawan (komplementer) dari b.
Apabila a | b, menurut definisi 2.1, maka ada bilangan bulat k sehingga b = ka, dan jika diketahui pula b | c, maka ada bilangan bulat m sehingga c = mb. Karena b = ka, maka c = mka, sehingga menurut definisi 2.1 diperoleh a | c. hal ini berarti relasi keterbagian pada himpunan bilangan bulat mempunyai sifat transitif. Sifat dinyatakan sebagia teorema berikut:
Teorema 2.1 Jika a | b dan b | c maka a | c.
Apabila a | b, yaitu a membagi habis b, maka a membagi habis setiap kelipatan b, yaitu a | mb, untuk setiap bilangan bulat m.
Hal ini dinyatakan sebagai teorema berikut ini.
Teorema 2.2. Jika a | b maka a | mb, untuk setiap bilangan bulat m.
Apabila a | b dan a | c, menurut definisi 2.1, maka diperoleh b = ka dan c = ma untuk bilangan-bilangan bulat k dan m.
Dari dua kesamaan ini dapat diperoleh bahwa:
(i)                 b + c = (k + m) a berarti a | (b + c)
(ii)               b – c = (k – m) a berarti a | (b – c) dan
(iii)             b c = (kma) a berarti a | bc
ketiga kesimpulan ini dinyatakan sebagai teorema berikut ini.
Teorema 2.3. Apabila a | b dan a | c, maka a | (b + c), a | (b – c) dan a | bc.
Teorema terakhir ini dapat ditulis dalam sebuah pernyataan yang dinyatakan dalam teorema berikut ini yang biasa disebut sifat linieritas.
Teorema 2.4. (Sifat linieritas)
Apabila a | b dan a | c maka a | (mb + nc) untuk setiap bilangan bulat m dan n.
Bukti: Karena a | b dan a | c, menurut teorema 2.2, maka a | mb dan a | nc untuk setiap bilangan-bilangan bulat m dan n. selanjutnya, menurut teorema 2.3, maka a | (mb + nc).
Teorema 2.5
(i)                 a | a untuk setiap bilangan bulat a (sifat reflektif).
(ii)               Jika a | b maka ma | mb untuk setiap bilangan bulat m.
(iii)             Jika ma | mb dengan m ≠ 0, maka a | b.
(iv)             1 | a dan a | 0
(v)               Jika 0 | a maka a = 0 (nol hanya membagi nol)
(vi)             Jika a | b dengan b ≠ 0, maka | a | ≤ | b |
(vii)           Jika a | b dengan b | a, maka | a | = | b |.
Faktor Persekutuan Terbesar (FPB)
Kita telah mengetahui bahwa semua faktor bilangan bulat positif dari 30 adalah 1, 2, 3, 5, 6, 10, 15, dan 30. Sedangkan semua faktor bulat positif dari 45 adalah 1, 3, 5, 9, 15, dan 45. Maka faktor-faktor persekutuan (pembagi-pembagi bersama) dari 30 dan 45 adalah 1, 3, 5. Dan faktor persekutuan terbesar 30 dan 45 adalah 5.
Secara umum, pengertian tentang faktor persekutuan dari dua bilangan bulat dituliskan sebagai definisi berikut ini.
Definisi 2.2: Jika a dan b adalah bilangan-bilangan bulat, maka bilangan bulat disebut faktor persekutuan dari a dan b jika dan hanya jika d | a dan d | b.
karena 1 adalah pembagi (faktor) dari setiap bilangan bulat, maka 1 adalah faktor persekutuan dari a dan b. Jadi himpunan faktor persekutuan dari a dan b tidak pernah kosong.  
Setiap bilangan bulat, kecuali nol selalu membagi nol, sehingga jika a = b = 0, maka setiap bilangan bulat merupakan faktor persekutuan dari a dan b. Dalam hal ini, himpunan semua faktor persekutuan bulat positif dari a dan b merupakan himpunan tak hingga.
Apabila sekurang-kurangnya satu dari a dan b tidak sama dengan nol, maka himpunan semua faktor persekutuan bulat positif a dan b merupakan himpunan berhingga. Sehingga mesti ada anggota dari himpunan tersebut yang terbesar dan disebut faktor persekutuan terbesar (FPB) dari a dan b. secara formal, hal tersebut dinyatakan sebagai definisi berikut ini.
Definisi 2.3. Jika a dan b bilangan-bilangan bulat yang sekurang-kurangnya satu di antaranya tidak sama dengan nol, maka faktor persekutuan terbesar (FPB) dari a dan b ditulis “(a, b)” adalah suatu bilangan bulat positif d yang memenuhi
(i)                 d | a dan d | a, serta
(ii)               Jika e | a dan e | b, maka e ≤ d.
Dari definisi tersebut dapat dimengerti bahwa jika (a, b) = d, maka d ≥ 1. Dan apabila ada faktor persekutuan lain, misalnya e, maka e ≤ d.
Contoh:
Faktor bulat positif dari -12 adalah 1, 2, 3, 4, 6, 12.
Faktor bulat positif dari 30 adalah 1, 2, 3, 5, 6, 10, 15, 30.
Maka faktor persekutuan yang positif dari -12 dan 30 adalah 1, 2, 3, 6.
Jadi faktor persekutuan terbesar dari -12 dan 30 adalah 6, aau dapat ditulis secara singkat (-12, 30) = 6.
Selanjutnya dengan mudah dapat ditunjukkan bahwa (-5, 5) = 5 ; (8, 15) = 1 : (8, -36) = 4 ; (-6, -42) = 6.
Perhatikan bahwa (30, 105) = 15 dan (30:15, 105:15) = (2, 7) = 1. Apabila (a, b) = d, apakah (a : d, b : d)= 1?
Misalkan (a : d, b : d) = c, maka c ≥ 1 dan c | (a : d) dan c | (b : d).
c | (a : d) maka ada bilangan bulat m, sehingga a : d = m c atau a = m c d.
c | (b : d) maka ada bilangan bulat n, sehingga b : d = n c atau b = n c d.
Karena a = m c d dan b = n c d, maka cd adalah faktor persekutuan dari a dan b. Karena (a, b) = d, maka cd ≤ d, yaitu c ≤ 1, sebab d suatu bilangan bulat positif. Karena c ≥ 1 dan c ≤ 1, maka c = 1.
Uraian tersebut merupakan bukti dari teorema berikut ini.
Teorema 2.6 Jika (a, b) = d, maka (a : d, b : d) = 1.
Apabila a dan b dua bilangan bulat positif dengan (a, b) = 1, maka dikatakan bahwa  a dan b saling prima atau  a prima relative terhadap b.
 Misalkan a dan b dua bilangan bulat dengan a > 0, maka b dibagi oleh a akan memberikan hasil bagi dan sisa pembagian. Hal ini dinyatakan sebagai teorema berikut ini dan terkenal dengan nama Algoritma Pembagian.
Teorema 2.7. Jika a dan b bilangan-bilangan bulat dengan a > 0, maka ada dengan tunggal pasangan bilangan-bilangan bulat q dan r yang memenuhi
b = q a + r, dengan 0 ≤ r < a.
Bilangan-bilangan bulat q dan r dalam teorema itu berturut-turut disebut hasil bagi dan sisa dalam pembagian b oleh a.
Bukti:
Dibentuk himpunan S = {b – xa: x bilangan bulat dan b – xa ≥ 0}. S bukan himpunan kosong sebab jika x = - |b| dan karena a > 0, maka (b-xa) € S. Karena S beranggotakan bilangan-bilangan bulat tak negatif berbentuk (b – xa), maka S pasti memiliki anggota terkecil, misalkan r.
Sesuai dengan bentuk anggota dari S, maka r = b – qa, untuk suatu bilangan bulat q dan r ≥ 0. Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa r < a.
Andaikan r ≥ a, maka r = a + k dengan k ≥ 0. Jadi k = r – a, karena r = b – qa, maka k = b – qa – a = b – (1 + q) a. Ini berarti bahwa k adalah suatu anggota dari S. Tetapi 0 ≤ k = r – a < r. hal ini tidak mungkin, karena r adalah bilangan bulat tak negatif yang terkecil dalam S. Oleh kerena itu, pengadaian tersebut harus diingkar. Jadi r < a. Sehingga ada q dan r sedemikian sehingga b = qa + r dengan 0 ≤ r < a.
Selanjutnya kita akan menunjukkan ketunggalan dari q dan r. Misalkan bahwa b mempunyai dua representasi, yaitu:
b = aq + r = aq* + r* dengan 0 ≤ r < a dan 0 ≤ r* < a.
maka r – r* = a (q – q).
sehingga a | r – r*.
Jika r –r* ≠ 0 maka a ≤ | r – r* |, merupakan suatu kontradiksi.
Jadi r – r* = 0 dan q* - q = 0, sehingga r = r* dan q = q*.
Berdasrkan pembuktian tersebut, maka teorema tersebut dapat diperluas untuk a < 0, sehingga diperoleh akibat sebagai berikut:
Akibat: Jika a dan b bilangan-bilangan bulat dengan b ≠ 0, maka ada dengan tunggal pasangan bilangan-bilangan bulat q dan r sedemikian hingga
b = aq + r dengan 0 ≤ r < | a |
Untuk membuktikan akibat ini, kita cukup memperhatikan untuk a yang negatif maka |a| > 0, sehingga teorema menghasilkan pasangan bilangan-bilangan bulat yang tungggal q dan r memenuhi:
b = aq + r dengan 0 ≤ r < |a|
Perhatikan bahwa |a| = -a dan mengambil q* = q, untuk mendapatkan
b = aq + r dengan 0 ≤ r < |a|
sebagai ilustrasi, jika a = 21 dan b = 75, maka q = 3 dan r = 12, yaitu:
75 = 3.21 + 12
Di sini tampak bahwa (75, 210 = (21, 12) = 3.
Apakah benar, apabila b = aq + r, maka (b,a) = (a,r)?
Misalkan (b,a) = d dan (a, r) = c, maka kita akan menunjukkan bahwa c = d. Karena (b,a) = d, maka d | b dan d | a, dank arena b = aw + r, maka d|r. Dari d|a dan d|r, maka d adalah faktor persekutuan dari a dan r.
Selanjutnya, karena (a, r) = c maka c|a dan c|r dank arena b = aq + r, maka c|b. Dari c|a dan c|b, maka c adalah faktor persekutuan dari a dan b. Tetapi karena (a, b) = d, maka d ≥ c.
Dari d ≤ c dan d ≥ c, maka c = d, yaitu (b,a) = (a,r)
Uraian tersebut merupakan bukti dari teorema berikut ini:
Teorema 2.8. Jika b = aq + r, maka (b,a) = (a, r).
Dengan menggunakan teorema ini. Memudahkan kita untuk menghitung faktor persekutuan terbesar dari sebarang bilangan bulat, meskipun bilangan-bilangan bulat tersebut cukup besar.
Contoh: Carilah (5767, 4453)
Penyelesaian: Kita gunakan algoritma pembagian (teorema 2.8)
5767 = 1. 4453 + 1314,                maka (5767, 4453)      = (4453, 1314)
4453 = 3. 1314 + 511,                  maka (4453, 1314)      = (1314, 511)
1314 = 2. 511 + 292,                    maka (1314, 511)        = (511, 292)
511 = 1. 292 + 73,                        maka (511, 292)          = (292, 73)
292 = 4. 73 + 0,                            maka (292, 73)            = (73, 0) = 73
Jadi (5767, 4453) = 73
Faktor persekutuan terbesar dari a dan b dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari a dan b, yaitu bentuk ax + by dengan x dan y bilangan-bilangan bulat tertentu.
Misalnya: (-12, 30) = 6 = (-12). 2 + 30 . 1
(8, 15) = 1 = 8 . 2 + 15 . (-1)
(8, -36) = 4 = 8 . 5 + (-36) . 1
(-6, -42) = 6 = (-6)(-8) + (-42) . 1
Uraian ini memberikan contoh untuk teorema beerikut ini:
Teorema 2.9 Apabila a dan b bilangan-bilangan bulat tidak nol, maka ada bilangan-bilangan bulat x dan y sedemikian hingga
ax + by = (a, b).
Bukti:
Dibentuk himpunan S, yaitu himpunan semua kombinasi linier dari a dan b yang bernilai positif. 
S = { au + bv : u,v bulat dan au + bv >0 }
S bukan himpunan kosong sebab jika a > 0 dan u = 1 dengan v = 0 maka a € S dan jika a < 0, dengan u = -1 dan v = 0, maka | a | € S.
Karena S memuat bilangan-bilangan bulat positif, maka S memuat anggota yang terkecil, misalnya d. Karena d € S, maka ada bilangan-bilangan bulat x dan y sehingga ax + by = d.
Selanjutnya, kita akan menunjukkan bahwa (a, b) = d.
Perhatikan a dan d, menurut algoritma pembagian, maka ada bilangan-bilangan bulat q dan r sedemikian hingga
a = qd + r dengan 0 ≤ r < d
r = a – qd = a – q(ax + by)
r = a (1 – qx) + b (-qy)
Karena r > 0 dan r merupakan kombinasi linier dari a dan b, maka r € S.
Hal ini bertentangan dengan fakta nahwa d adalah anggota terkecil dari S (ingat bahwa 0 ≤ r < d).
Jadi r = 0, sehingga a = qd atau d | a.
Dengan penalaran yang sama diperoleh d | b. Sehingga d adalah faktor prsekutuan dari a dan b.
Selanjutnya, jika c adalah sebarang faktor persekutuan dari a dan b, yaitu c | a dan c | b, maka c | ax + by, atau c | d, sehingga c ≤ d.
Ini berarti bahwa d = (a, b).
Bukti teorema 2.9 tersebut hanya merupakan bukti eksistensi dan tidak memberikan cara mencari nilai-nilai x dan y. Hal ini akan dibahas kemudian.
Sesuai dengan teorema 2.9 tersebut, apabila 9a, b) = 1, maka ada bilangan-bilangan bulat x dan y sedemikian hingga ax + by = 1.
Sebaliknya, apabila ax + by = 1 untuk bilangan-bilangan bulat x dan y tertentu, apakah (a, b) = 1?
Misalkan bahwa 9a, b) = d, maka d | a dan d | b, sehingga menurut teorema 2.2 didapat d | (ax + by) atau d | 1. Karena d ≥ 1, maka d = 1.
Teorema 2.10.
Apabila a dan b dua bilangan bulat tidak nol,
maka a dan b saling prima jika dan hanya jika ada bilangan-bilangan bulat x dan y yang memenuhi ax + by = 1.
Contoh:
Hitunglah (247, 299) dan tentukan bilangan-bilangan bulat m dan n yang memenuhi 247m + 299n = (247, 299).
Jawab: 299 = 247 . 1 + 52
247 = 5 . 4 + 39
52 = 39 . 1 + 13
39 = 13 . 3
Jadi (247, 299) = 13
13 = 52 – 39 . 1
= 52 – (247 -52 . 4)
= 52 . 5 – 247
= (299 – 247) . 5 – 247
= 299 . 5 + 247 (-6)
Jadi m = -6 dan n = 5
Misalkan a | c dan b | c, dapatkah kita menyimpulkan bahwa ab | c.
Diambil contoh sebagai berikut: 8 | 24 dan 6 | 24 maka tidak benar bahwa 8.6 | 24. Tetapi apabila diberi tambahan ketentuan bahwa (a, b) = 1, maka kita dapat menyimpulkan bahwa ab | c.
Hal itu ditunujukkan sebagai berikut:
Karena (a, b) = 1, menurut teorema 2.10 tersebut, maka ada bilangan-bilangan bulat x dan y sedemikian hingga:
ax + by = 1
jika kedua ruas dikalikan c, maka diperoleh persamaan:
acx + bcy = c ………. ………. (1)
Karena a | c dan b | c maka ada bilangan-bilangan bulat r dan t sedemikian hingga c = ar dan c = bt. Sehingga persamaan (1) menjadi:
abtx + abry = c
ab(tx + ry) = c
Ini berarti bahwa ab | c.
Uraian tentang akibat dari teorema 2. 10 tersebut dinyatakan sebagi berikut:
Akibat: Jika a | c dan b | c dengan (a, b) = 1, maka ab | c.
Apabila diketahui bahwa a | bc, apakah kita dapat menyimpulkan bahwa a | c atau a | c ?
Diambil sebagai contoh: 6|(3.4) maka tidak benar apabila kita mengambil kesimpulan bahwa 6 | 3 ataupun 6 | 4.
Tetapi apabila a | bc ditambah ketentuan (a, b) = 1, maka kita dapat menyimpulkan bahwa a | c.
Hal ini ditujukkan sebagai berikut:
Karena (a, b) = 1, maka ada bilangan-bilangan bulat x dan y sedemikian hingga:
ax + by =1
Jika kedua ruas dari persamaan ini dikalikan dengan c maka diperoleh:
acx + bcy = c
Karena a | bc dan a | ac maka a | (acx + bcy) atau a | c.
Uraian yang tampak sederhana ini, tetapi pernyataan itu merupakan hal yang fundamental (mendasar) dan biasa disebut dengan “Lemma Euclid”.
Teorema 2.11 (Lemma Euclid): Jika a | bc dan (a, b) = 1, maka a | c.
Kelipatan Persekutuan Kecil (KPK)
Di sekolah dasar dan lanjutan, kita telah mempelajari kelipatan persekutuan terkecil (KPK).
Misalnya, kelipatan bulat positif dari 3 adalah 3, 6, 9, 12, 15, 18, …
Kelipatan bulat positif dari 4 adalah 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, …
Maka kelipatan persekutuan terkceil dari 3 dan 4 adalah 12, 24, 36, 48, …
Selanjutnya istilah “kelipatan bulat positif” hanya dikatakan lebih singkat menjadi “kelipatan” saja. Selanjutnya secara umum pengertian kelipatan persekutuan dari dua bilangan bulat dinyatakan dalam definisi berikut ini.
Definisi 2.4: Misalkan a dan b adalah bilangan-bilangan bulat. m adalah kelipatan persekutuan dari a dan b jika dan hanya jika a | m dan b | m.
Nol (0) adalah suatu kelipatan persekutuan dari a dan b. ab dan –ab masing-masing juga merupakan suatu kelipatan persekutuan dari a dan b. Jadi himpunan semua kelipatan persekutuan bulat positif dari a dan b tidak pernah sama dengan himpunan kosong.
Himpunan semua kelipatan bulat positif dari 6 adalah {6, 12, 18, 24, …}.
Himpunan semua kelipatan bulat positif dari -9 adalah {9, 18, 27, 36, …}.
Jadi himpunan semua kelipatan persekutuan dari 6 dan -9 adalah {18, 36, 54, 72, …}. Sehingga kelipatan persekutuan terkecil dari 6 dan -9 adalah 18.
Ingat bahwa dalam himpunan bagian dari himpunan bilangan-bilangan bulat positif selalu mempunyai anggota terkecil. Sehingga KPK dari setiap dua bilangan bulat selalu ada.
Secara formal, KPK dari dua bilangan bulat didefinisikan sebagai berikut:
Definesi 2.5: Kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari dua bilangan bulat tidak nol a dan adalah suatu bilangan bulat positif m ditulis [a, b] = m, apabila memenuhi:
(i)                 a | m dan b | m
(ii)               jika a | c dan b | c maka m ≤ c.
Dalam definisi ini dapat dimengerti bahwa kelipatan dari setiap dua bilangan bulat yang tidak no; selalu merupakan suatu bilangan bulat positif. Dalam (i) pada definisi itu mengatakan bahwa masing-masing dari dua bilangan itu membagi kelipatan persekutuan terkecilnya. Sedangkan (ii) mengatakan bahwa kelipatan persekutuan lainnya tidak lebih kecil dari KPK dari dua bilangan itu.
Contoh:
[6, 8] = 24, maka 6 | 24 dan 8 | 24.
Kelipatan persekutuan yang lain, misalnya 48, 72, 96, … masing-masing lebih besar dari 24.
Perhatikan pada contoh di atas, yaitu himpunan semua kelipatan persekutuan bulat positif fari 6 dan -9 adalah {18, 36, 54, 72,  …} dan KPK dari 6 dan -9 adalah 18 atau ditulis [6, -9] = 18. Tampak di sini bahwa semua kelipatan persekutuan dari 6 dan -9 selalu terbagi oleh 18. Hal ini dapat dikatakan bahwa setiap kelipatan persekutuan dari dua bilangan bulat selalu terbagi oleh KPK dari dua bilangan tersebut. Hal ini dinyatakan sebagai teorema berikut ini.
Teorema 2.12
Jika c adalah suatu kelipatan persekutuan dari dua bilangan bulat tidak nol a dan b, maka KPK dari a dan b membagi c, yaitu [a, b] | c.
Bukti:
Misalkan [a, b] = m, maka harus ditunjukkan bahwa m | c. Andaikan m | c, maka menurut logaritma pembagian, ada bilangan-bilangan bulat q dan r sedemikan hingga:
c = qm + r dengan 0 < r < m
Karena c adalah kelipatan persekutuan dari a dan b, maka a | c dan b | c.
Karena [a, b] = m maka a | m dan b | m.
a | m maka a | qm dan a | c, maka a | (c – qm ). Ini berarti a | r.
Demikian pula b | m maka b | qm dank arena b | c, maka b | (c – qm). Berarti b | r.
Karena a | r dan b | r maka r adalah kelipatan persekutuan dari a dan b.
Tetapi karena [a, b ] = m dan 0 < r < m, maka hal tersebut tidak mungkin (kontradiksi). Jadi pengandaian di atas tidak benar, berarti m | c atau [a, b] | c.
Perhatikan bahwa [6, 9] = 18 dan [2.6, 2.9] = [12, 18] = 36.
Tampak bahwa [2.6, 2.9] = 2 [6, 9].
Hal ini memberikan ilustrasi dari teorema berikut ini.
Teorema 2.13 Jika c > 0, maka [ca, cb] = c[a, b].
Bukti:
Misalkan [a, b] = d, maka a | d dan b | d, sehingga ac | dc dan bc | dc. Hal ini berarti dc adalah kelipatan persekutuan dari ac dan bc. Dan merupakan teorema 2.12, maka [ac, bc] | dc.
Karena [ac, bc] adalah suatu kelipatan dari ac, maka [ac, bc] adalah suatu kelipatan dari c. Misalkan [ac, bc] = mc maka mc | dc, sehingga m | d.
Karena [ac, bc] = mc, maka ac | mc dan bc | mc, sehingga a | m dan b | m, dan menurut teorema 2.12, maka [a, b] | m, yaitu d | m dank arena m | d, maka d = m.
Sehingg dc = mc, yaitu c[a, b] = [ac, bc].
Contoh: (1) [105, 45] = [ 15.7, 15.3]
= 15 [7, 3]
= 15. 21
= 315
(2) [18, 30] = [6.3, 6.5]
= 6 [3, 5]
= 6. 15
= 90 
Mengingat teorema tersebut, maka dengan mengeluarkan faktor persekutuannya akan mempermudah dalam mencari KPK-nya.
Jika (a, b) = 1, berapakah [a, b] = ab?
Kita tunjukkan sebagai berikut:
Jelas bahwa ad adalah suatu kelipatan persekutuan dari a dan b, menurut teorema 2.12, maka [a, b] | ab. Di lain pihak, menurut akibat dari teorema 2.10, karena a | [a, b] dan b | [a, b] dengan (a, b) = 1, maka ab | [a, b] dank arena [a, b] | ab, maka disimpulkan [a, b] = ab.
Selanjutnya, apabila (a, b) = d

Tidak ada komentar:

Posting Komentar